Selasa, 26 November 2019

Identitas Budaya


IDENTITAS BUDAYA
Identitas budaya adalah cerminan kesamaan sejarah dan kode-kode budaya yang membentuk sekelompok orang menjadi “satu” walaupun dari “luar” mereka tampak berbeda. Hal ini dapat berarti juga selain dari kesamaan sejarah dan kode-kode budaya yang menyatukan mereka, sudut pandang ini melihat bahwa ciri-ciri fisik atau lahirian mengidentifikasikan mereka sebagai suatu kelompok.

PERUBAHAN IDENTITAS BUDAYA
Perubahan identitas budaya adalah perubahan ciri khas yang dimiliki oleh individu atau kelompok karena adanya faktor-faktor tertentu baik internal maupun eksternal.
Perubahan identitas budaya yang pertama adalah mencairnya batas-batas kebudayaan.  Karena pesatnya perkembangan dunia kebudayaan-kebudayaan lokal yang dimiliki suatu bangsa sebagai identitas diri mulai hilang sedikit demi sedikit. Batasan dalam hal pakaian, tradisi, dan perilaku menjadi batasan fisik mengalami transmisi dari nenek moyang dalam mengajari generasinya. Identitas budaya seperti ini diadikan sebagai batas-batas atau simbol-simbol fisik yang menjadi dasar dalam pendefinisian keberadaan suatu kebudayaan.  Namun ketika pola pikir mausia mengalami perubahan, luluhnya batas-batas teritorial sebagai identitas, mobilisasi manusia, kecanggihan dalam hal intelektual yang dimiliki, media komunikasi yang bertambah modern, masyarakat menjadi terintegrasi bukan hanya lingkup lokal bahkan universal.
Kedua, sebab adanya perubahan budaya juga karena adanya ruang politik dan makna budaya. Dalam memaknai sebuah kebudayaan sering diwujudkan melalui sebuah symbol. Perubahan dalam makna symbol juga disebabkan karena adanya kekuasaan yang telah berubah. Suatu kebudayaan yang dibuat tidak akan lepas dari ruang dimana kebudayaan tersebut dibuat, dibangun dan dipelihara serta dilestarikan. Dengan perbedaan kepentingan kekuasaan, maka ruang yang dijadikan wadah mengalami definisi ulang sejalan dengan berkembangnya gaya hidup modern yang secara langsung diawali dengan perubahan rancangan  ruang.
Kondisi ruang diperebutkan untuk kepentingan kekuasaan atau politik tertentu. Makna kebudayaan pun menjadi mengikuti siapa yang akan mendefinisikan ulang kebudayaan tersebut. Symbol dan makna kebudayaan menjadi objek yang adanya dihasilkan oleh suatu proses negosiasi yang melibatkan sejumlah kontestan yang terlibat dengan kepentingan yang berbeda.
Ketiga, ketika kekuasaan politik mengalami perubahan, maka secara bersamaan terjadilah pemaksaan akan makna ruang dan makna sebuah identitas budaya. Public yang tidak memiliki keinginan untuk mengikuti kepentingan penguasa akan menjadi kelompok-kelompok kecil yang beragam dalam memaknai ruang dan identitas.
Pertandingan berbagai institusi terjadi secara kuat yang menyebabkan individu menjadi objek dari kepentingan-kepentingan yang berbeda. Mereka yang membuat kelompok-kelompok kecil karena tidak sepakat dengan kekuasaan politik juga ikut melakukan pertandingan dalam bentuk pembangkangan terhadap pendefinisian ruang dan makna identitas budaya oleh kaum penguasa.
Tarik menarik antara kaum penguasa dengan kelompok pembangkang menjadikan identitas kebudayaan mengalami konstruksi dan reproduksi yang berbeda yang tentunya syarat dengan kepentingan masing-masing. Symbol-simbol budaya pun dijadikan sebagai alasan penegasan kelompok yang keberadaannya menjadi bagian dari system sosial dengan adanya pertentangan nilai-nilai. Hal ini dapat dicontohkan dalam perebutan identitas yang dilakukan oleh Negara tetangga Malaysia. Menurut Irwan Abdullah mereka tertrik melakukan replikasi dari kesukubangsaan dengan parameter yang berbeda yang didasarkan bukan pada nilai local yang sama, tetapi pada minat dan kepentingan yang sama dari mereka yang secara asal usul berbeda.
Fesyen dan Identitas
Gaya pakaian, dandanan, rambut, segala macam asesoris, selera music, atau pilihan-pilihan kegiatan yang dilakukan dalah bagian dari pertunjukan identitas dan kerpibadian diri. Pemilihan tipe-tipe kepribadian yang kita inginkan dapat melalui mengimitasi kepribadian yang beredar di sekitar kita, misalnya melalui bintang film, bintang iklan, penyanyi, model, bermacam-macam kelompok yang ada atau bisa berinovasi untuk menciptakan gaya sendiri untuk membuat sebuah identitas baru.
Hal yang telah dipertontonkan melalui tubuh seperti gaya pakaian, gaya rambut, serta asesoris pelengkapnya lebih dari sekedar demonstrasi penampilan, melainkan demonstrasi ideologi. Sekaligus menunjukkan kepada kita bahwa globalisasi mempunyai peran besar dalam penyebaran gaya ke seluruh dunia. Globalisasi beserta seluruh media penyebarannya sangat dipahami oleh masyarakat, namun kesalahannya adalah para penikmat globalisasi kurang menyadari permasalahn konteks sejarah awalnya.
Pembentukan identitas seperti ini tidak terjadi dengan sendirinya. Pembentukan identitas dipengaruhi oleh berbagai macam faktor yang diidentifikasikan sebagai kreativitas, faktor ideology kelompok dan tekanan yang berasal dari teman sebaya, status sosial, kehebohan iklan dalam media elektronik maupun media cetak, serta adanya unsur kesenangan.
SMART Phone bukan merupakan hal baru dikalangan msyarakat. Penggunaansmart phone BlackBerry yang sangat hangat dalam telinga masyarakat Indonesia merupakan salah satu pembentukan identitas yang terjadi karena faktor-faktor yang telah disebutkan di atas.

IDENTITAS HIBRIDA
Konsep hibriditas berguna dalam menjelaskan percampuran kultural dan kemunculan bentuk-bentuk baru identitas. Namun kita perlu membedakan berbagai tipe hiriditas dan itu dilakukan dengan mengacu kepada situasi spesies kelompok tertentu.
Enam jenis pertemuan kultural (Barker, 2000: 213) yaitu:
1.      Dua tradisi yang berlainan dibiarkan tetap terpisah dalam konteks waktu dan ruang.
2.      Dua tradisi kultural yang terpisah dipertemukan dalam ruang dan waktu.
3.      Kebudayaan bersifat translokal dan melibatkan aliran global.
4.      Tradisi kultural berkembang di tempat terpisah namun mengembangkan identifikasi yang didasarkan atas persepsitentang kemiripan dan kesamaan tradisi dan situasi.
5.      Suatu tradisi kultural menyerap atau menghapus tradisi kultural ;ain dan menciptakan kemiripan yang efektif.
6.      Bentuk-bentuk baruidentitas dibentuk dari kepedulian bersama terhadap poros kelas, etnisitas, gender, ummur, dan lain-lain.
Bhaba (1994) mengajukan konsep mimikri untuk menggambarkan proses peniruan/ peminjaman berbagai elemen kebudayaan. Menurutnya mimikri tidak menunjukkan ketergantungan sang terjajah kepada yang dijajah tetapi peniru menikmati dengan dua perasaan yang saling bertentangan yang terjadi dalam proses imitasi. Hal ini karena mimikri selalu mengindikasikan makna yang “tidak tepat” dan “salah tempat” sekaligus subversi.


Kesimpulan
Identitas bukanlah fenomena yang terjadi secara alamiah melainkan formasi kultural-kultural yang tak tentu. Identitas juga merupakan keseluruhan atau totalitasyang menunjukkanciri-ciri atau keaadaan khusus seseorang, jati diri dari factor-faktor biologis, psikologis, dan sosiologis yang mendasari tingkah laku individu.
Kebudayaan merupakan hasil karya rasa, cipta, dan karsa yang dibuat oleh manusia dalam kurun waktuyang relative lama yang diakui, diketahui, ditaati, dan diterapkan dalam kehidupan masyarakat masyarakat.
Identitas budaya merujuk pada sebagian besar konsep diri seseorang yang berasal dari pengetahuan dan perasaan seseorang yang menjadi dari sebuah kelompok tertentu.

Daftar Pustaka
Berger & Luckman, 1990, Tafsir Sosial atas Kenyataan, Risalah tentang Sosiologi Pengetahuan, Jakara: LP3ES.
Chris Barker, 2000, Cultural Studies Teori & Praktik, London: Sage Publication
Irwan Abdullah, 2007, Konstruksi dan Reproduksi Kebudayaan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

BAHASA PETUNJUK PEMAKAIAN PRODUK BERDASAR KAJIAN PRAGMATIK MAKSIM KUANTITAS

BAHASA PETUNJUK PEMAKAIAN PRODUK   BERDASAR KAJIAN PRAGMATIK MAKSIM KUANTITAS A.     PENDAHULUAN  Latar Belakang Pragmatik mer...