Selasa, 26 November 2019

PRA ANGGAPAN DALAM KONTEKS BAHASA


PRAANGGAPAN



A.    PENDAHULUAN
Pragmatik merupakan salah satu dari lima cabang linguistik selain fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik. Pragmatik merupakan cabang terbaru dari linguistik. Salah satu kajian dalam pragmatik adalah mengenai praanggapan. Dalam sebuah kalimat, makna yang tersurat pada sebuah kalimat tidaklah sama dengan makna yang tersirat dalam kalimat tersebut. Makna tersirat tersebut dapat diketahui melalui konteks dalam tuturan tersebut.
            Menurut (Imam syafi’ie dalam Hamid Hasan, 2015: 60) konteks pemakaian bahasa dibedakan menjadi empat macam (1) konteks fisik, meliputi tempat terjadinya pemakaian bahasa dalam suatu komunikasi itu dan tindakan atau prilaku dari para dari peristiwa komunikasi tersebut. (2) konteks epistemis, latar belakang atau pengetahuan yang sama-sama diketahui oleh pembicara ataupun pendengar. (3) konteks linguistik yang terdiri dari kalimat-kalimat atau tuturan-tururan yang mendahului suatu kalimat atau tertentu dalam komunikasi, (4) konteks sosial, yaitu relasi sosial, yaitu latar seting  yang melengkapi hubungan antara pembicara dengan pendengar. Dalam makalah ini akan membahas mengenai praanggapan yang merupakan bagian dari pragmatik dengan memperhatikan konteks.
B.     PEMBAHASAN
Pragmatik merupakan salah satu kajian ilmu dalam linguistik. Praanggapan merupakan bagian dari fenomena pragmatik. Praanggapan berasal dari perdebatan dalam ilmu falsafah, khususnya tentang hakikat rujukan (apa-apa, benda/keadaan, dan sebagainya) yang dirujuk atau dihunjuk oleh kata, frasa, atau kalimat dan ungkapan-ungkapan rujukan (Nababan dalam Hasan Lubis, 2015,61). Sebuah tuturan dapat dikatakan mempraanggapankan tuturan yang lain apabila ketidakbenaran tuturan yang dipresuposisikan mengakibatkan kebenaran atau ketidakbenaran tuturan yang mempresuposisikan tidak dapat dikatakan (Rahardi, 2005: 42).
Praanggapan dibagi menjadi dua:
  1. Praanggaapan semantik adalah hubungan antar kalimat. Jika praanggapan dapat ditarik dari pernyataan itu via leksikonnya, maka praanggapannya tersebut merupakan praanggapan semantik.
  2. Praanggapan pragmatik adalah hubungan antar pernyataan. Dalam teori praggapan pragmatik biasanya menggunkan dua konsep dasar, yaitu kewajaran dan pengetahuan bersama. Jika praanggapan dapat ditarik dari pernyataan itu via leksikonnya, maka praanggapannya tersebut merupakan praanggapan semantik.

Contoh praanggapan semantik :
Dia kembali berkuasa à Dia pernah berkuasa
Dia tidak akan mencuri lagi à Dia pernah mencuri
Dia sudah selesai membaca surat tersebut à Dia membaca surat tersebut
Martha menyesal menyesal membuang benda itu à Matha membuang barang itu
No
Kalimat
Praanggapan
1
Orang tua Ali tak menyangka bahwa Ali mabuk.
Ali mabuk, orang tuanya masih hidup.
2
Tini tahu siapa yang muncuri sepeda Tono. Maruli menelpon tadi
Seseorang mencuri sepeda Tono.  Ada orang yang namanya Maruli.
3
Dialah yang menendang saya.
Bukan saya yang mencari kamu
Seseorang menendang.
Seseorang mencari kamu.

















Contoh praanggapan pragmatik :
Konteks: Saya menitipkan barang kepada seseorang (yang tinggal di kota lain) untuk di jual, tetap orang tersebut sudah lama tidak memberi kabar dan mengirimkan uang ahsil penjualan barang saya tersebut. Akhirnya saya meneleponnya dan berkata
“Kalau barang saya itu sudah laku, uangnya jangan dikirimkan ke alamat rumah, tetapi ke alamat kantor saja”
Yang ingin dinyatakan dalam kalimat di atas adalah pemberitahuan mengenai cara pengiriman uang. Namun yang dipraanggapkan adalah bahwa orang yang ditelpon tersebut memiliki tanggungan yang harus dibereskan. Kalimat tersebut dapat pula dikatakan sebagai “pengingatan” yang terselubung.



Konteks: Siang hari, suasana kelas mulai tidak kondusif, dan jendela kelas tidak di buka. Sambil melihat sekeliling kelas seorang guru berkata kepada para siswa.
“Kelas ini begitu panas, apakah kalian tidak merasakan kepanasan?”
Yang ingin dinayatakan dalam kalimat di atas adalah pemberitahuan dan pertanyaan. Namun yang dipraanggapkan adalah siswa membuka jendela kelas agar terjadi sirkulasi udara.
C.    PENUTUP
Berdasarkan pembahasan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa sebuah tuturan dapat dikatakan mempraanggapankan tuturan yang lain apabila ketidakbenaran tuturan yang dipresuposisikan mengakibatkan kebenaran atau ketidakbenaran tuturan yang mempresuposisikan tidak dapat di katakan (Rahardi, 2005: 42). Praaggapan dibagi menjadi dua, yaitu praanggapan semantik dan praanggapan pragmatik. Praanggaapan semantik adalah hubungan antar kalimat sedangkan praanggapan pragmatik adalah hubungan antar pernyataan.

Daftar Pustaka
Lubis, A. Hamid Hasan. Analisis Wacana Pragmatik. 2015. Bandung: Angkasa.
Purwo, Bambang Kaswanti. Pragmatik dan Pengajaran Bahasa. 1990. Yogyakarta: Kanisius.
Rahardi, R. Kunjana. Pragmatik: Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia. 2005. Jakarta: Erlangga.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

BAHASA PETUNJUK PEMAKAIAN PRODUK BERDASAR KAJIAN PRAGMATIK MAKSIM KUANTITAS

BAHASA PETUNJUK PEMAKAIAN PRODUK   BERDASAR KAJIAN PRAGMATIK MAKSIM KUANTITAS A.     PENDAHULUAN  Latar Belakang Pragmatik mer...