PRAANGGAPAN
A.
PENDAHULUAN
Pragmatik
merupakan salah satu dari lima cabang linguistik selain fonologi, morfologi,
sintaksis, dan semantik. Pragmatik merupakan cabang terbaru dari linguistik.
Salah satu kajian dalam pragmatik adalah mengenai praanggapan. Dalam sebuah
kalimat, makna yang tersurat pada sebuah kalimat tidaklah sama dengan makna
yang tersirat dalam kalimat tersebut. Makna tersirat tersebut dapat diketahui
melalui konteks dalam tuturan tersebut.
Menurut (Imam syafi’ie dalam Hamid Hasan, 2015: 60)
konteks pemakaian bahasa dibedakan menjadi empat macam (1) konteks fisik,
meliputi tempat terjadinya pemakaian bahasa dalam suatu komunikasi itu dan
tindakan atau prilaku dari para dari peristiwa komunikasi tersebut. (2) konteks
epistemis, latar belakang atau pengetahuan yang sama-sama diketahui oleh
pembicara ataupun pendengar. (3) konteks linguistik yang terdiri dari
kalimat-kalimat atau tuturan-tururan yang mendahului suatu kalimat atau
tertentu dalam komunikasi, (4) konteks sosial, yaitu relasi sosial, yaitu latar
seting yang melengkapi hubungan antara
pembicara dengan pendengar. Dalam makalah ini akan membahas mengenai praanggapan
yang merupakan bagian dari pragmatik dengan memperhatikan konteks.
B.
PEMBAHASAN
Pragmatik
merupakan salah satu kajian ilmu dalam linguistik. Praanggapan merupakan bagian
dari fenomena pragmatik. Praanggapan berasal dari perdebatan dalam ilmu
falsafah, khususnya tentang hakikat rujukan (apa-apa, benda/keadaan, dan
sebagainya) yang dirujuk atau dihunjuk oleh kata, frasa, atau kalimat dan
ungkapan-ungkapan rujukan (Nababan dalam Hasan Lubis, 2015,61). Sebuah tuturan
dapat dikatakan mempraanggapankan tuturan yang lain apabila ketidakbenaran
tuturan yang dipresuposisikan mengakibatkan kebenaran atau ketidakbenaran
tuturan yang mempresuposisikan tidak dapat dikatakan (Rahardi, 2005: 42).
Praanggapan
dibagi menjadi dua:
- Praanggaapan semantik adalah
hubungan antar kalimat. Jika praanggapan dapat ditarik dari pernyataan itu
via leksikonnya, maka praanggapannya tersebut merupakan praanggapan
semantik.
- Praanggapan pragmatik adalah
hubungan antar pernyataan. Dalam teori praggapan pragmatik biasanya
menggunkan dua konsep dasar, yaitu kewajaran dan pengetahuan bersama. Jika
praanggapan dapat ditarik dari pernyataan itu via leksikonnya, maka
praanggapannya tersebut merupakan praanggapan semantik.
Contoh praanggapan
semantik :
Dia kembali berkuasa à Dia pernah berkuasa
Dia tidak akan mencuri
lagi à Dia pernah
mencuri
Dia sudah selesai
membaca surat tersebut à
Dia membaca surat tersebut
Martha menyesal
menyesal membuang benda itu à
Matha membuang barang itu
No
|
Kalimat
|
Praanggapan
|
1
|
Orang tua Ali tak menyangka bahwa Ali mabuk.
|
Ali mabuk, orang tuanya masih hidup.
|
2
|
Tini tahu siapa yang muncuri sepeda Tono. Maruli
menelpon tadi
|
Seseorang mencuri sepeda Tono. Ada orang yang namanya Maruli.
|
3
|
Dialah yang menendang saya.
Bukan saya yang mencari kamu
|
Seseorang menendang.
Seseorang mencari kamu.
|
Contoh praanggapan
pragmatik :
Konteks: Saya menitipkan
barang kepada seseorang (yang tinggal di kota lain) untuk di jual, tetap orang
tersebut sudah lama tidak memberi kabar dan mengirimkan uang ahsil penjualan
barang saya tersebut. Akhirnya saya meneleponnya dan berkata
“Kalau barang saya itu
sudah laku, uangnya jangan dikirimkan ke alamat rumah, tetapi ke alamat kantor
saja”
Yang ingin dinyatakan
dalam kalimat di atas adalah pemberitahuan mengenai cara pengiriman uang. Namun
yang dipraanggapkan adalah bahwa orang yang ditelpon tersebut memiliki tanggungan
yang harus dibereskan. Kalimat tersebut dapat pula dikatakan sebagai
“pengingatan” yang terselubung.
Konteks: Siang hari,
suasana kelas mulai tidak kondusif, dan jendela kelas tidak di buka. Sambil
melihat sekeliling kelas seorang guru berkata kepada para siswa.
“Kelas ini begitu
panas, apakah kalian tidak merasakan kepanasan?”
Yang ingin dinayatakan
dalam kalimat di atas adalah pemberitahuan dan pertanyaan. Namun yang
dipraanggapkan adalah siswa membuka jendela kelas agar terjadi sirkulasi udara.
C.
PENUTUP
Berdasarkan
pembahasan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa sebuah tuturan dapat
dikatakan mempraanggapankan tuturan yang lain apabila ketidakbenaran tuturan
yang dipresuposisikan mengakibatkan kebenaran atau ketidakbenaran tuturan yang
mempresuposisikan tidak dapat di katakan (Rahardi, 2005: 42). Praaggapan dibagi
menjadi dua, yaitu praanggapan semantik dan praanggapan pragmatik. Praanggaapan
semantik adalah hubungan antar kalimat sedangkan praanggapan pragmatik adalah
hubungan antar pernyataan.
Daftar
Pustaka
Lubis, A. Hamid Hasan. Analisis Wacana Pragmatik. 2015.
Bandung: Angkasa.
Purwo, Bambang
Kaswanti. Pragmatik dan Pengajaran Bahasa.
1990. Yogyakarta: Kanisius.
Rahardi, R. Kunjana. Pragmatik: Kesantunan Imperatif Bahasa
Indonesia. 2005. Jakarta: Erlangga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar