TRAGEDI
WINKA DAN SIHKA
Karya Sutardji Calzoum Bachri
Kawin
Kawin
Kawin
Kawin
Kawin
Ka
Win
Ka
Win
Ka
Win
Ka
Win
Ka
Winka
Winka
Sihka
Sihka
Sihka
Sih
Ka
Sih
Ka
Sih
Ka
Sih
Ka
Sih
Ka
Sih
Sih
Sih
Sih
Sih
Ka
Ku
Interpretasi
Puisi yang berjudul Tragedi Winka dan Sihka
Puisi Tragedi
Windka dan Sihka merupakan puisi Sutardji Calzoum Bachri yang sangat terkenal
di kalangan pecinta puisi bahkan orang awampun sedikit memahami tentang puisi
tersebut. Puisi Tragedi Sihka dan Winka
bisa dikatakan cukup fenomenal. Puisi ini terkenal dengan diksinya yang bentuk
dan cara penulisannya sering disebut tipografi sehingga puisi ini bisa
dikatakan sangat berbeda dengan puisi pada umumnya. Tipografi dalam KBBI
(2007:451) adalah ilmu cetak, atau dengan kata lain tipografi yaitu suatu ukiran
bentuk dalam menyusun puisi. Pada puisi Tragedi
Winka dan Sihka kata-kata disusun secara zigzag dan merupakan ciri khas
yang menjadikan berbeda dengan lainnya. Diksi dalam hal inilah yang memberikan unsur
keindahan atau estetika yang khas, dalam puisi
Tragedi Winka dan Sihka segi penulisannya tidak semata-mata kata-kata
belaka melainkan ada pesan dan makna
yang tersirat yang hendak disampaikan kepada pembaca. Selain itu teknik
persajakan juga berbeda dengan memotong-motong kata dan suku kata dibalik-balik
sehingga dalam memaknainya menimbulkan suatu kesulitan, contohnya kata Winka dan Sihka. Tentu saja tidak akan
bisa langsung ditafsirkan begitu saja.
Tipografi
zigzag merupakan bentuk yang sangat jelas di dalam puisi ini. Perkawinan adalah
sesuatu yang sulit dan membutuhkan suatu perjuangan. Jika dilihat dari
penulisannya semakin bergeser atau miring menceritakan bahwa lakon lirik mengalami
masalah yang semakin sulit. Bentuk kata-kata yang seolah bergelombang menandakan
atau menggambarkan pasang surutnya suatu kehidupan, dengan kata lain suatu
pernikahan pertaman-tama akan mengalami kebahagiaan, seiring berjalannya waktu
permasalahan silih berganti akan muncul.
Tragedi adalah suatu peristiwa yang berakhir dengan tangisan. Kata Winka dan Sihka merupakan kata yang
tidak mempunyai makna atau ambigu, akan
tetapi kalau dikaitkan dengan bait-bait
di bawahnya seperti tiga suku kata berikut yaitu win, ka, sih dari kata-kata tersebut seolah-olah membentuk kata
benda yang dapat diartikan maknanya yaitu Winka
dan Sihkan yang menggambarkan keadaan kawin dan kasih. Kata ini memiliki
arti konotasi yaitu suatu perkawinan dangan penuh kebahagiaan dan diselimuti
kasih sayang. Kata kawin ditulis sebanyak 5 kali mewakili suatu waktu baik 5
tahun, 5 bulan, 5 minggu atau 5 minggu yang mengarah pada perkawinan tersebut.
Akan tetapi,
pada bait selanjutnya kata kawin terputus-putus yang mewakili arti perkawinan
sudah tidak harmonis lagi karena muncul masalah-masalah rumah tangga sehingga
menimbulkan pertengkaran antara suami dan istri. Pada akhirnya tragedi winka
dan sihka yaitu sebuah perceraian. Perceraian ini mengakibatkan kehilangan rasa
cinta yang dahulu ada dan sekarang menjadi hilang, di perjelas dengan kata ka digabung dengan ku yang berarti sebuah kehidupan yang kaku.Berdasarkan pernyataan
tersebut dapat disimpulkan bahwa Kawin
adalah persatuan, dan Winka adalah
perceraian. Kasih berarti cinta
sedangka sihka berarti kebencian. Kawin
dan kasih adalah sebuah kebahagiaan, sedangkan winka dan sihka adalah sebuah kesengsaraan dan kebencian. Bila
kawin dan kasih menjadi winka dan sihka,
maka itulah tragedi kehidupan yang berarti suatu cobaan dalam kehidupan rumah tangga.
Kehidupan yang tidak akan selalu bahagia dan juga merasakan suatu kesedihan.
Hal tersebut bergantung bagaimana cara kita menanggapi dan memecahkan hal
tersebut.
Dalam cara
pandang yang lebih luas, puisi yang berjudul Tragedi Winka dan Sihka dapat diinterpretasikan
sebagai sebuah tokoh manusia yang bernama Winka dan Sihka. Kedua tokoh tersebut
memerankan realitas kehidupan sebuah pernikahan. Dalam diri Winka dan Sihka
dapat digali, bahwa mereka memiliki karakter yang sangat unik dan berbeda.
Perbedaan karakter tersebut akan membentuk sebuah proses kehidupan yang panjang
dan berliku.
Winka dan Sihka
bergulat dalam kehidupannya untuk menemukan sebuah kebahagiaan. Mereka
bertanya-tanya dengan dirinya, sebenarnya kebahagiaan yang seperti apa yang
hendak mereka cari. Sisi hidup Winka dan Sihka selalu bersanding dengan
tokoh-tohoh yang lain. Tokoh-tokoh tersebut diantaranya sih, ka, dan win,
ketiga nama tokoh tersebut selalu menghantui kehidupan dari Winka dan Sihka.
Meraka ada dalam sudut kehidupan tokoh utama. Keutaman pikiran dan kearifan
pribadi dari sang tokoh utama yang senantiasa menghendaki sebuah keselarasan
hidup ternyata diberikan warna berbeda oleh tokoh yang bernama sih, ka dan win.
Warna apa yang selalu membelengku Winka dan Sihka sulit sekali mereka dapat
menerka apa yang hendak mereka dapatkan.
Pada proses
kehidupan antara Winka dan Sihka ternyata tidak semudah yang dibanyangkan. Tiga
tokoh yang selalu menghantui tokoh utama selalu memporak-porandakan arah
kehidupan yang sejati. Winka dan Sihka terombang-ambing dengan iming-iming
kekayaan, takhta dan kenikmatan dunia sesaat. Winka dan Sihka tentu sebagai
manusia lumrah tidak bisa menolak itu. Kemana pun arah kenikmatan itu bisa
dihisap, Winka dan Sihka selalu mengikutinya. Alangkah mengerikan sekali sikap
yang dilakukan oleh kedua tokoh utama tersebut. Mereka tidak memiliki jati diri
untuk selalu komitmen pada arah dasar hidup yang real. Lemahnya daya juang,
integritas yang kurang dan ingin instan dalam menjalani kehidupan menjadi
lubang menganga yang siap menapung
mereka. Inilah kekerdilan tokoh Winka dan Sihka dalam menjalani sebuah
kehidupan.
Winka dan Sihka
hanya bisa pasrah melihat kenyataan pahit, bahwa mereka tidak dapat
menyelamatkan pribadinya sesuai dengan kodrati manusia yang menginginkan sebuah
kebahagian sejati. Winka dan Sihka lebih memilih ajakan godaan dari teman-temannya Si, Ka dan Win yang selalu menjerumuskan pada
kenikmatan sesaat. Winka dan Sihka tidak menyadari bahwa kehidupan manusia yang
sebenarnya bertumpu pada proses yang benar. Mereka hanya melihat hidup tampak
secara duniawi saja, tampak luar dan mengesampingkan kodrati yang ada dalam
lubuk hati manusia yang paling dalam yaitu suara hati. Inilah yang disebut sebagi tragedi, kenyataan
pahit yang harus ditanggung oleh Winka dan Sihka dalam hidup ini. Apalah
artinya sebuah hidup apabila hanya dijalankan mengikuti alur tidak jelas,
manusia tidak akan menemukan sebuah kebahagiaan sejati melainkan akan menemukan
suatu tragedi yang akan menyengsarakan.
YB. Dion Rikayakto 2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar